Tinta emas memiliki sejarah yang panjang dan banyak digunakan dalam berbagai budaya kuno di seluruh dunia. Tinta emas pertama kali dikembangkan oleh orang Mesir kuno sekitar 2500 SM. Mereka mencampur serbuk emas dengan berbagai zat. Seperti madu, lendir hewan, dan air untuk menciptakan tinta yang kemudian digunakan untuk menulis teks-teks suci dan dokumen penting.
Di banyak budaya kuno, penggunaannya tidak hanya memiliki nilai praktis untuk menulis. Tetapi juga memiliki makna simbolis yang penting. Warna emas sering dianggap sebagai simbol kekayaan, keabadian, atau keilahian. Oleh karena itu, penggunaan tinta emas sering dikaitkan dengan tulisan-tulisan yang memiliki nilai spiritual atau keagamaan.
Pada zaman dulu, pembuatannya melibatkan bahan-bahan alami yang tersedia pada saat itu. Meskipun formulasi pastinya dapat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya.
Beberapa bahan umum tinta antara lain:
- Serbuk Emas: Bahan utama yang memberikan warna emas pada tinta adalah serbuk emas. Serbuk ini sering kali diperoleh dengan cara menghancurkan dan menggiling emas murni menjadi partikel-partikel halus.
- Madu atau Lendir Hewan: Untuk membentuk pasta atau larutan tinta, serbuk emas sering kali dicampur dengan zat perekat seperti madu atau lendir hewan. Madu atau lendir ini membantu menstabilkan serbuk emas dan membuatnya bisa dioleskan atau digunakan dengan mudah.
- Air: Sebagai pelarut dan pengencer, air digunakan untuk mencampurkan serbuk emas dan bahan-bahan lainnya sehingga membentuk tinta yang bisa digunakan.
- Bahan Tambahan: Beberapa resep juga mungkin termasuk bahan-bahan tambahan seperti minyak atau resin alami. Untuk meningkatkan kestabilan atau menghasilkan tekstur yang diinginkan.
Proses pembuatannya melibatkan pencampuran bahan-bahan tersebut dengan proporsi yang tepat untuk mencapai warna, konsistensi, dan kualitas yang diinginkan. Selanjutnya, dapat digunakan untuk menulis, menghias, atau membuat iluminasi pada berbagai permukaan seperti kertas, kulit, atau perkamen.
Selain itu, penggunaan tinta emas juga ditemukan dalam seni kaligrafi dan iluminasi manuskrip. Digunakan untuk menghias huruf-huruf dan ilustrasi, memberikan sentuhan mewah dan kemegahan pada karya seni tersebut.
Hingga saat ini, penggunaannya masih dipertahankan dalam beberapa konteks, terutama dalam seni kaligrafi, lukisan, dan iluminasi. Meskipun tidak seumum dulu, tapi masih dianggap memiliki nilai estetika dan simbolis yang tinggi.